Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

Refleksi

  • Posted: Saturday, November 12, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column

Perjalanan bangsa ini di dunia jasa dan teknologi informasi dan komunikasi dunia, tampaknya masih akan sangat jauh dan berliku-liku. Capaian-capaian yang telah berhasil diraih sejumlah negara tetangga terdekat Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura, tak cukup menjadi “pembuka mata”, yang memberi semangat kuat untuk mengembangkannya di sini. Bangkitnya sejumlah negara lain yang masih dalam lingkup kawasan ASEAN, seperti Filipina, Thailand, dan bahkan terakhir Vietnam, yang mulai tampak mencuat belakangan ini, belum juga menjadi pemikiran yang sungguh-sungguh penyelenggara negara bangsa ini.

Dari berbagai pertemuan, baik sengaja maupun tidak, saya mendapat kesan yang kuat mengenai perlunya kita, sebagai bangsa, membangun suatu kerangka yang utuh dan jelas sebagai suatu visi masa depan bangsa. Hal itu, sekaligus merupakan suatu “harapan” yang besar agar penyelenggara Negara yang baru, hasil Pemilu 2004, didukung oleh berbagai unsur, baik pakar, universitas, dan juga praktisi ICT negeri ini untuk segera membuat langkah-langkah konkrit dalam menyikapi hal itu.

Lepas dari ribut-ribut untuk membangun departemen sendiri, sebagai perluasan peran Kominfo selama ini, namun di sisi lain, pemerintah mestinya menyikapinya dengan sungguh-sungguh dan tak hanya melihatnya dalam konteks satu masa suatu pemerintahan berjalan, yang hanya lima tahun. Melainkan, lebih dari itu.

Saya ingin mengambil contoh bagaimana Malaysia meraih titik keunggulan, khususnya dalam konteks pengembangan ICT (Information & Communication Technology). Meskipun, saya percaya, pengambilan contoh ini tidak terlalu ideal, namun apa yang berhasil diraih Malaysia, cukup signifikan. Kalaupun Indonesia akan membangun sesuai dengan visinya sendiri, namun bagaimana upaya Malaysia meraih keunggulan, mestinya bisa juga menjadi pelajaran penting. Bagaimana ide dan visi yang jelas kemudian direalisasikan secara sungguh-sungguh tahap demi tahap, hingga berbuah hasil.

Dalam era pemerintahan Dr Mahathir Mohammad, Malaysia berhasil merumuskan apa yang mereka sebut sebagai “Vision 2020”, yang menggambarkan bagaimana Malaysia di tahun 2020 dan titik keunggulan apa yang akan dimiliki negeri itu di tahun itu, yang kemudian dirunut ke belakang apa-apa yang seharusnya dilakukan sejak dirumuskannya visi itu ke depan. Hal yang sama juga sebenarnya dilakukan India, sekitar 40 tahun yang lalu. Hari ini, 15 tahun sebelum 2020, tak perlu diragukan lagi bahwa Malaysia telah banyak meraih keberhasilan, terutama dengan berkembangnya suatu proyek prestisius – Multimedia Super Corridor (MSC), yang dibangun pada 1997.

MSC, suatu kawasan ICT terbatas, menempati lahan seluas 15x50 kilometer persegi yang membentang antara Kuala Lumpur City Centre Towers (KLCC) dan Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Kawasan itu dimaksudkan sebagai tempat terjadinya interaksi antara pemerintah, pelaku industri, dan institusi pendidikan (SDM), sehingga membentuk suatu kawasan unggulan ICT.

Pada saat yang sama, berbasis Vision 2020, Malaysia membangun National Information Technology Agenda (NITA), yang berperan mendukung pengembangan suatu masyarakat dan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Guna mendukung arah pemberdayaan pengetahuan tersebut dibangunlah National Information Technology Council (NITC). Lembaga ini berperan penting sebagai konsultasi atau penasihat bagi pemerintah dalam pemanfaatan ICT untuk kepentingan pembangunan nasional.

Pembangunan MSC sendiri sepenuhnya dikelola oleh suatu institusi non-departemen, yakni Multimedia Development Corporation Sdn. Bhd (MDC), yang terbukti memberi banyak kemudahan dan insentif bagi berkembangnya investasi kelas dunia dari berbagai industri berbasis TI. Sejak awal, MSC memang ditujukan untuk menyediakan lingkungan yang memiliki beberapa karakteristik utama, yakni mendorong kreativitas dan inovasi, membantu kalangan bisnis dan perusahaan, baik Malaysia maupun mancanagera, untuk mencapai keunggulan teknologi, bermitra dengan pemain TI global, dan menyediakan peluang untuk saling memperkaya dan mencapai keberhasilan.

Hingga kini tak kurang dari 2,700 perusahaan ICT telah memilih Malaysia sebagai tempat investasi mereka, yang mencakup industri perangkat keras, pengembangan perangkat lunak, komputer, konsultasi ICT dan berbagai layanan ICT lainnya. Sedang MSC sendiri per 13 Januari 2004, telah berhasil menarik minat 976 perusahaan berstatus MSC (Multimedia Super Corridor), yang terdiri dari 934 perusahaan teknologi ICT dan 33 lembaga pendidikan tinggi ICT, serta 9 perusahaan inkubator bisnis.

Saat ini, MSC telah memasuki tahap kedua pengembangannya (2004-2010), yang akan fokus dalam upaya menjadikan, baik produk maupun jasa ICT dalam negeri, menjadi ekspor andalan Malaysia di masa datang. Hal itu dilakukan bersamaan dengan diluncurkannya tujuh aplikasi unggulan, yakni: Electronic Government, Multipurpose Card, Smart School, Telehealth, R&D Clusters, e-Business, dan Technopreneur Development.

Pembangunan technopreneur, merupakan sisi lain pencapaian Vision 2020, yang fokus dalam mendorong perkembangan usaha kecil menengah (UKM) ICT Malaysia melalui strategi mempercepat (catalyze) perusahaan-perusahaan ICT berdaya saing tinggi dan perusahaan berteknologi tinggi strategis, yang nantinya diperkirakan akan menjadi perusahaan kelas dunia. Perkembangan itu berdampak pada peningkatan ekonomi dan lapangan kerja, terutama yang berbasis pengetahuan. Ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah UKM ICT dari 300 perusahaan (1996) menjadi 1,850 tahun 2003.

Sejak diresmikannya, MSC mengalami perkembangan pesat. Tahun 2002, jumlah lapangan kerja yang telah diisi mencapai 17,000 orang, akhir 2003 mencapai 21,270 orang, dan 2004 mencapai 22,398 orang. Sekitar 86% pekerjaan itu diisi oleh tenaga kerja berbasis pengetahuan (knowledge worker). Sebagian besar pekerja TI merupakan tenaga pengembang/pemrogram peranti lunak, dimana 26% bergelar Doktor, 24% Master, 6% Sarjana, 10% Diploma dan 49% non-gelar.

Yang menarik, tak kurang dari 15,337 pekerja TI yang bekerja di lingkungan MSC atau 82,2% dari total pekerja merupakan warga Malaysia. Dari 2,746 pekerja TI asing, 54,9 % berasal dari India dan selebihnya dari Inggris. Sedang, nilai penjualan yang dihasilkan mencapai total RM 3,93 miliar atau USD 1,04 miliar (2002). Tahun 2004 meningkat mencapai RM 7,98 miliar atau USD 2,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang sebesar RM 5,86 miliar atau USD 1,39 miliar. Selain itu, pada 2003, tak kurang dari 276 kekayaan intelektual, berupa paten, desain industri dan merek dagang telah terdaftar. Akhir 2004 ini, diperkirakan jumlahnya akan meningkat 16% atau menjadi 320 buah.

Indonesia, dibandingkan Malaysia, memang memiliki penduduk sepuluh kali lipat, yakni mencapai 220 juta. Kompleksitas masalah yang dihadapinya juga jauh berbeda dan mungkin jauh lebih berat. Namun, kalau kita melihat bagaimana India dan China membangun, yang dari kapasitas jumlah penduduknya lima sampai enam kali lebih besar dari Indonesia, bukankah juga mereka menghadapi beban berat dan kesulitan yang besar. Tetapi, faktanya mereka berhasil membangun ekonomi dan sejumlah keunggulan. Itu karena mereka memiliki visi yang jelas dan pencapaian yang secara bertahap dilakukan mengacu pada visi tersebut.

Hal itu pula, yang menurut saya, menjadi keprihatinan banyak orang yang saya jumpai, yang intinya mengharapkan perlunya suatu arahan yang jelas, sehingga masing-masing peran yang dapat dimainkan juga semakin jelas arah dan pencapaiannya. Ibarat suatu simfoni, lagu yang akan dimainkan harus jelas lebih dahulu, sehingga peran conductor menjadi sangat berarti dalam mengharmonisasikan semua nada yang dimainkan.

Begitu juga, memuaskan semua pihak, jelas tidak mungkin, tetapi sebaliknya mengabaikan sesuatu yang terbukti telah secara signifikan mendorong perekonomian dan pertumbuhan banyak negara, ICT sepantasnya diberi perhatian. ICT, yang tak hanya dilihat dari konteks industri dan bisnis, melainkan juga bagaimana ICT akan memberi peran dan kontribusi bagi pencapaian pembangunan nasional pada sebagian besar sektor, kalaupun tak semua, yang telah dicanangkan.

Tak ada lagi langkah surut, tak perlu lagi membuat alibi dengan berbagai kelemahan dan kekurangan, tetapi sebaliknya bagaimana setahap demi setahap hal itu dilakukan, tentu dengan visi yang jelas mau kemana bangsa ini diarahkan dan titik keunggulan apa yang akan dicapai, serta di mana dan bagaimana ICT dapat berperan. Jangan biarkan berbagai inisiatif yang telah dikembangkan sebelumnya kemudian hilang dan lenyap bagaikan ditelan bumi. Sementara, setiap saat, kita membicarakan dan menyaksikan bagaimana bangsa-bangsa lain di dunia memperoleh pencapaian yang sangat berarti melalui ICT.

Bukan berarti saya menafikan apa yang telah diraih di dalam negeri hingga saat ini, namun mestinya banyak hal yang bisa kita raih lebih baik dan bernilai strategis. Dan, di sisi lain, tulisan ini tak hendak dimaksudkan untuk mengasini air laut, tetapi tak jarang pikiran-pikiran yang sederhana bisa juga memberikan sesuatu yang lebih bermakna. Apalagi, siapapun yang memiliki concern besar, baik karena kemampuan dan keahliannya, mau mengontribusi untuk pencapaian yang lebih besar ke depan bagi bangsa tercinta ini. Selamat tahun baru 2005, semoga jayalah bangsaku – Indonesia. Insya Allah.

0 people have left comments

Commentors on this Post-