Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

The New Pendulum

  • Posted: Thursday, October 20, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column


China memang boleh dikata sangat fenomenal.

Negeri tirai bambu yang berpopulasi lebih dari 1,3 miliar orang ini, mampu mengatasi banyak hal yang sebelumnya dianggap sangat sulit untuk diangkat. Jumlah populasi penduduk yang tertinggi di dunia, pada saat yang sama bisa berada pada posisi sebagai beban dan sekaligus pasar yang sangat potensial. Dan, inilah yang kini ingin dibuktikan oleh China.

Sejak munculnya kebijakan pintu terbuka dan reformasi, China setidaknya telah mengalami 18 tahun masa pembangunan ekonomi dengan tingkat kecepatan yang tinggi, yang membuatnya menjadi salah satu negara paling dinamis dan dengan pasar terbesar yang tengah bangkit bak seekor ”Naga” di dunia, saat ini. Kekuatan China, tak lagi semata-mata mengandalkan pola-pola lama, yang sebelumnya banyak orang selalu melihatnya sebagai bagian dari lingkungan konvensional, terutama karena terkait dengan paradigma komunisme yang kental, yang sangat berbeda jika dilihat dari pola pembangunan di banyak negara maju di Eropa dan Amerika.

Namun, China yang kita lihat hari ini adalah China yang sangat moderen, yang telah membangun suatu sistem berbasis teknologi yang maju, yang didukung oleh teknologi informasi, bioteknologi, teknologi otomasi, bahan-bahan baru, teknologi energi dan aerospace, yang juga didukung oleh kelompok-kelompok saintis yang sudah mapan. Keberadaan semua itu, yang justru merambah jalan bagi China dalam visi pembangunan suatu masyarakat moderen, yang didukung teknologi tinggi maju yang mendorong posisinya ke atas di abad ke 21 ini.

China, kini bukan suatu kekuatan politik yang didukung komunisme dalam persepsi masa lalu, tetapi China masa kini, mungkin tak terlalu berlebihan, kalau disebut telah menjelma menjadi suatu negara dengan kekuatan ekonomi, sumberdaya manusia dan industri maju, serta pasar yang sangat besar di dunia. Begitu besarnya, sehingga belum tentu tertandingi oleh menyatunya beberapa ekonomi negara-negara maju lainnya di dunia.

Satu hal yang menarik, roda perkembangan teknologinya didukung oleh dua pilar pertahanan yang kokoh, yakni kemajuan teknologi dan perkembangan pasar yang semakin meluas. Perkembangan pasar ditopang oleh pilar enterprise dan pasar, dimana enterprise memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pasar, sehingga teknologi yang mendukung perkembangan China sangat terkait dengan pasar. Sedang pilar yang mendukung pertahanan teknologi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi baru.

Karenanya, ketika pengetahuan menjadi sumber dan basis teknologi, maka kapasitas pemrosesan pengetahun, pengembangan pengetahuan dan penerapan pengetahuan akan semakin mendorong kecepatan pembangunan ekonomi dan teknologi, sebagaimana yang dialami China dalam beberapa tahun belakangan ini. Semakin jelaslah bahwa pembangunan China didukung secara tegar oleh teknologi dan pasar, dan keduanya membangun sinergi, bukan satu pilihan di antaranya. Dengan begitu, jika salah satunya lemah, maka ia akan berpengaruh terhadap kecepatan roda pembangunan teknologinya.

Pemerintah China sangat menyadari penting dan strategisnya peran yang bisa dibawa oleh Teknologi Informasi (TI) bagi kemajuan China ke depan. Kepercayaan mereka dengan nilai siklus ”Yin & Yang” membuat mereka juga mengambil posisi untuk menyeimbangkan berbagai aspek perkembangan yang mereka harapkan, termasuk dalam pembangunan ”roda” teknologi. Roda penggerak pembangunan teknologi dipisah menjadi dua, yakni bagaimana ”penggerak atau driver” dan ”penahan atau restriction” dapat dibentuk berdasarkan suatu kondisi tertentu, tetapi secara bersamaan.

Jadi, antara ”yang boleh” dan ”yang tidak boleh” dianut secara seimbang, dimana dari keduanya mungkin muncul kesalahan yang kemudian dibuatkan suatu keseimbangan baru, tetapi dinamis. Karena, secara nyata juga terlihat bahwa tradisi China memiliki pengaruh ganda dalam pembangunan modernisasi nasional dan promosi alih teknologi.

Dalam pembangunan dan pengembangan teknologi informasi, China membangunnya dengan dukungan empat pilar utama, yang diharapkan akan memutar ”roda” pembangunan teknologi, yang didukung oleh:

  1. Teknologi Baru, yang diterapkan dalam bentuk pembangunan infrastruktur informasi, sistem informasi dalam bahasa China, aplikasi, telekomunikasi baru (broadband, nirkabel, seluler, dll.), Internet, dan lain sebagainya.
  2. Enterprise, yang ditekankan pada pembangunan kewirausahaan (enterpreneur), pembangunan ekonomi, usaha patungan (joint ventures), investasi, HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual), misalnya merek, paten dan lain sebagainya.
  3. Ilmu Pengetahuan, yang diarahkan pada pengembangan perilaku ke arah kesiapan berbagi (sharing), mematuhi tata aturan dan hukum, nilai-nilai, ideologi, kebutuhan yang diharapkan oleh klien, dan lain sebagainya.
  4. Pasar, yang ditujukan pada pengembangan klien, antar muka yang sederhana, komputer, komunikasi, integrasi televisi, Internet, multimedia interaktif, teknologi pemrosesan grafis dan bahasa, dan lain sebagainya.

Keempatnya membentuk, masing-masingnya, empat pilar yang kokoh yang tampaknya akan sangat mempengaruhi pembangunan TI China dalam 5 sampai 10 tahun yang akan datang. Dan, itu bukan tanpa masalah. Tapi, arahnya sangat sangat jelas!

Saat ini, industri TI merupakan segmen ekonomi utama China dengan output nilai tambah mencapai US$76 miliar tahun 2003, terutama karena besarnya dukungan pemerintah China terhadap perkembangan industri TI nasional. Ini dibuktikan bahwa pada tahap pembangunan lima tahunan kesepuluh (2001-2005), China berhasil membangun tiga high-tech “belts” yang baru, yakni di delta sungai Zhujiang di China Selatan, delta sungai Yangtze di propinsi Jiangsu, dan di sekitar Beijing guna meningkatkan produksi barang-barang elektroniknya. Hingga tahun 2005, pemerintah China berharap bahwa industrinya akan membukukan pertumbuhan lebih dari 7 persen dari GDP, dimana telekomunikasi menyumbang setidaknya 4,7 persen dan, dari jumlah itu, produk-produk elektronik bertahan di 2,5 persen.

Pasar TI China, berkembang sangat cepat dan, saat ini, boleh dikata menempati urutan kedua di Asia Pasifik, setelah Jepang. Menurut International Data Corporation (IDC), pasar China, khususnya untuk produk dan jasa TI tahun 2002 lalu mencapai US$22 miliar dan tahun 2006 mendatang diharapkan akan mencapai US$40,2 miliar. Komposisinya di tahun 2002, adalah 73 persen pasar perangkat keras, 10 persen piranti lunak paket dan 17 persen jasa-jasa TI.

Di sisi lain, pemerintah China juga mendorong penggunaan TI, misalnya di sekolah-sekolah, lembaga-lembaga publik, dan kalangan bisnis, sehingga hal itu juga, pada ujungnya, semakin mendorong peningkatan belanja di sektor perangkat komputer dan kebutuhan masyarakat.

Sebagaimana dilaporkan McKinsey, selama beberapa tahun belakangan ini, industri TI Cina mengalami pertumbuhan yang mengesankan. Jumlah lulusan teknik dan profesional aplikasi-software Cina, juga semakin meningkat, dimana jumlah tenaga kerja yang mampu berbahasa Inggris – yang sangat penting untuk menggarap outsourcing TI – bertambah dua kali lipat sejak tahun 2000, menjadi sekitar 24 juta orang di tahun 2004.

Sedang, pasar piranti lunak berkembang cukup pesat, dimana tahun 2006 mendatang diharapkan nilai pasarnya mencapai US$5 miliar, palagi tahun 2008 mendatang China akan menggelar Olympic Games. Sedang di pasar jasa TI, nilainya mencapai US$4,7 miliar pada 2003 dimana dalam empat tahun ke depan, 2007, diperkirakan mencapai US$11,7 miliar.

Pada saat yang sama, jumlah pengguna Internet China, yang tahun 1995 lalu hanya 15.000 orang, tahun 2003 telah mencapai 59 juta, dan September 2004 meningkat menjadi 87 juta orang pengguna. Sementara itu, jumlah pengguna telepon seluler sekitar 300 juta, dimana 282 juta di antaranya merupakan pengguna seluler GSM. Strategy Analytics, salah satu perusahaan riset pasar ternama, memperkirakan bahwa para pengguna koneksi broadband pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 37 juta, dan harga akses yang murah akan menjadi kunci berkembangnya jumlah pengguna Internet di negeri panda ini.

Lebih dari itu, hingga Januari 2005, China telah memiliki situs web yang terdaftar resmi sebanyak 1.852.300, meningkat 56 persen dibandingkan tahun lalu. Dari semua nama domain yang didaftarkan, 71,6 persen di antaranya berupa domain berakhiran .net.cn, sedang .net sekitar 12,5 persen. Sementara, secara geografis, tiga teratas yang mendaftarkan nama domain berada di kawasan Guangdong 16,3 persen, Beijing 12,9 persen dan Fujian 11,2 persen.

Sejak era keterbukaan dan reformasi, rata-rata peningkatan pendapatan tahunan dalam GDP sebesar 9,9 persen (dari 1978 sampai 1995). Reformasi ekonomi telah melahirkan sangat banyak entrepreneur, utamanya yang berbasis teknologi dan sains. Hingga tahun 1995, tak kurang dari 97,000 perusahaan-perusahaan teknologi swasta tercipta, dimana 70 persen di antaranya bergerak di bidang teknologi tinggi di seluruh wilayah China.

Dalam konteks ini, peran investasi asing sangat menentukan bagi pembangunan ekonomi skala besar yang terjadi di China. Hari ini, bahkan China telah menjadi salah satu ekonomi yang sangat kokoh di dunia. Kalau hingga tahun 1996 ada sekitar 280.000 investasi asing dengan nilai mencapai US$ 170 miliar, maka hingga akhir Februari 2005 ada lebih dari 510,000 perusahaan investasi asing dengan total nilai investasi mencapai US$ 1,1 triliun. Dan, lebih dari 200 perusahaan 'Fortune 500' memiliki investasi di China.

Namun, belakangan ini muncul suatu kesadaran baru ke depan, bahwa China tak hanya bagus dalam angka-angka sebagaimana ditampilkan dalam kolom ini, melainkan sangat potensial untuk menggantikan dominasi dunia, yang selama ini dipegang oleh sejumlah kecil negara-negara kaya, katakanlah yang tergabung dalam G7.

Jumlah penduduk China yang sangat besar, pada saat ini, terbukti tak semata-mata beban bagi pemerintah, melainkan menjadi potensi kekuatan dan pasar yang sangat besar. Berbagai keunggulan terus dibangun, mulai dari peningkatan jumlah SDM yang berbasis pengetahuan (knowledge-based human resource), hingga munculnya puluhan ribu perusahaan-perusahaan moderen yang berbasis teknologi informasi, baik investasi lokal, regional maupun mancanegara.

China, tampaknya, akan terus berkembang dengan pesat dan dalam skala yang sangat besar, meski juga menghadapi tantangan yang juga sangat besar. China, yang sekarang, memang akan menjadi pendorong berubahnya peta kekuatan eknomi dan industri dunia, yang didukung oleh penerapan teknologi informasi, pengembangan sumberdaya manusia, dan nilai pasar yang sangat besar dan kompetitif.

Di Indonesia pun pengaruhnya pun mulai terasa semakin kuat dan memihak. Semakin banyak saja perusahaan-perusahaan Indonesia yang mulai memindahkan kegiatan operasionalnya, atau manufakturnya, ke China, baik dengan alasan untuk menangkap pasar China, maupun untuk mengisi pasar dalam negeri, karena terbukti biaya produksinya relatif murah, sehingga lebih kompetitif.

Di sisi lain, tampaknya semakin banyak juga kalangan berpunya di negeri ini, terutama dari kalangan bisnis, yang mulai memindahkan kiblat pendidikan anak-anak mereka tidak lagi ke negara-negara Eropa dan Amerika, apalagi kalau berbicara bisnis ke depan. Ke China, kini bukan lagi untuk belajar ramuan obat-obatan tradisional China, yang sekarang ini justru semakin mendapatkan jastifikasi lebih tinggi, karena didukung riset yang lebih dalam dari para pakar China sendiri, melainkan belajar bisnis dan membangun relasi, yang secara faktual, akan menjadi tren di masa depan.

Sejumlah kalangan memperkirakan, bahwa dalam bilangan beberapa tahun ke depan, arah pergerakannya akan benar-benar mengambil posisi, bukan saja sebagai pengimbang, melainkan pengganti, dari kecenderungan yang terjadi selama ini. Lihat saja, saat ini, tak kurang dari 86.000 mahasiswa asing dari lebih 170-an negara di dunia, yang belajar di sejumlah universitas di China. Jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat hingga 120.000 pada 2008. Padahal, 20 tahun yang lalu, hanya sekitar 8.000 mahasiswa asing saja yang belajar di seluruh daratan China.

Dari jumlah itu, tak kurang dari 60.000 mahasiswa yang belajar di China berasal dari kawasan Asia, antara lain Korea Selatan (35.000), Jepang (16.000) dan sisanya dari sejumlah negara asing lainnya, termasuk Indonesia. Sedang dari Amerika (7.000) dan Eropa (6.000). Di Beijing sendiri kini, ada lebih dari 5.000 perusahaan, 60 di antaranya perusahaan besar Amerika, 73 universitas, 232 lembaga riset bidang sains. Selain Beijing, tampaknya yang akan menjadi tujuan mahasiswa asing adalah Shanghai dan Tianjin.

Sementara di seluruh China, kini ada lebih dari 2000-an universitas mulai dari pendidikan setingkat Sarjana, Master maupun Doktor, dimana 300 di antaranya memiliki mahasiswa asing. Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat cepat, karena trennya memang akan bergerak ke sana.

China, memang fenomenal, dan angka-angka yang ditampilkan di sini setidaknya merpresentasikan dinamika besar yang kini tengah terjadi di negeri dengan luas sekitar 9,6 juta kilometer persegi dan 666 kota ini, yang nantinya akan menjadi kekuatan utama dunia, terutama dalam dunia industri dan ekonomi. Dan, China is now becoming the new pendulum of the world.

0 people have left comments

Commentors on this Post-