Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

Paradigma Baru

  • Posted: Sunday, October 09, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column

Sadar atau tidak, saat ini kita tengah menghadapi berbagai tantangan perubahan yang sangat besar. Baik, terhadap kehidupan pribadi dan keluarga dalam interaksinya dengan masyarakat di sekitar maupun terhadap organisasi dan karyawan dalam konteks persaingan bisnis.

Perubahan-perubahan itu dipicu oleh sejumlah “kekuatan penggerak” dalam berbagai arah dan dimensi. Sebut saja, perkembangan teknologi telekomunikasi telah “mengecilkan” dunia, seolah tak lagi berjarak. Komunikasi, kini, dapat dilakukan dengan berbagai perangkat, baik tetap (fixed devices) maupun bergerak (mobile devices), dari mana dan kapan saja. Bahkan, sambil tiduran pun kita dapat berhubungan dengan teman, saudara atau siapa saja yang berada di nun jauh di mancanegara.

Peningkatan keragaman pekerja juga telah membawa berbagai rangkaian nilai yang berbeda, perspektif dan harapan di antara mereka. Para manajer pun semakin dituntut untuk menyadari perubahan-perubahan itu dan, lebih jauh, bagaimana dia mengelolanya secara efektif.

Begitu juga, kesadaran terhadap lingkungan sosial semakin tinggi sensitivitas dan tuntutannya terhadap organisasi, yang mendorongnya untuk semakin responsif terhadap lingkungannya. Dari isu-isu lingkungan, ekonomi dan sosial-politik hingga komunikasi personal.

Lebih jauh dari itu, banyak negara-dunia ketiga telah bergabung dengan global marketplace, yang kemudian semakin membuka peluang bersaing di tingkat global dalam penjualan dan layanan. Karenanya, organisasi tak lagi hanya bertanggungjawab terhadap pemegang saham (stockholder), melainkan juga terhadap komunitas yang lebih besar (stakeholder).

Akibatnya, muncul tuntutan bagi organisasi untuk mengadopsi “paradigma baru”, yakni menjadi lebih sensitif, fleksibel dan dan adaptable terhadap kebutuhan dan harapan stakeholder. Banyak organisasi, dewasa ini, mulai menyadari hal itu, dan kemudian mengambil langkah untuk tidak lagi menerapkan organisasi tradisional yang bersifat top-down, kaku dan strukturnya sangat hirarkis, tetapi lebih berbentuk “organik” dan mencair.

Para manajer masa kini harus terkait dengan perubahan-perubahan yang terus-menerus dan berjalan sangat cepat. Mereka yang menghadapi pengambilan keputusan-keputusan besar dan penting tak dapatr lagi mengacu kepada perencanaan pengembangan yang telah dilakukan untuk memberi arah. Teknik manajemen harus secara terus-menerus mengingatkan perubahan-perubahan dalam lingkungan dan organisasi, menilai dan sekaligus mengelola perubahan tersebut. Mengelola perubahan tidak berarti mengendalikannya, tetapi lebih memahami, mengadopsi di mana dibutuhkan dan mengarahkannya jika mungkin.

Konsekuensinya, karena para manajer tidak mengetahui semua hal dan memahami semua situasi, maka ia harus lebih terbuka, menghargai dan mau mendengar karyawannya. Tak heran, jika kemudian muncul tipe organisasi baru, yang lebih berorientasi ke karyawan: worker-centered, self-organizing, self-designing teams dan lain sebagainya.

Marilyn Ferguson, dalam bukunya The New Paradigm: Emerging Strategic for Leadership and Organizational Change (Michael Ray and Alan Rinzler, Eds, 1993, New Consciousness Reader), membeberkan suatu gambaran yang sangat tepat mengenai perbedaan antara paradigma lama dan baru.

Kalau dahulu orang harus disesuaikan dengan pekerjaannya, sekarang pekerjaan yang harus disesuaikan dengan orangnya. Kalau dahulu bersifat agresi dan kompetisi, sekarang justri kooperasi; berjuang untuk kestabilan menjadi sensitive terhadap perubahan; manipulasi dan dominan menjadi bekerjasama dengan alam; menetapkan tujuan dan pengambilan keputusan atas-bawah menjadi mensdoroing otonomi dan partisipasi karyawan; kuantitatif menjadi kuantitatif sekaligus kualitatif; melihat jangka pendek menjadi secara ekologi sensitif; rasional menjadi rasional dan sensitif; menekan solusi jangka-pendek menjadi mengenali efisiensi jangka panjang sangat terkait dengan lingkungan kerja yang harmonis; semata motif ekonomi menjadi nilai-nilai spiritual akan mendorong keuntungan material; sentraliasi menjadi desentralisasi jika dimungkin dan masih banyak lainnya.

0 people have left comments

Commentors on this Post-