Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

Konten dan Pelanggan

  • Posted: Tuesday, September 27, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column

Terlepas dari standar mana yang akan digunakan oleh para operator di Indonesia, layanan 3G tetap akan berhadapan dengan tiga hal penting yang dinilai akan menjadi kunci sukses perkembangannya ke depan, yakni: Konten, Harga dan Pelanggan. Meski, teknologi yang digunakan, memang berdampak pada investasi yang akan dikeluarkan oleh para operator, termasuk izin frekuensi 3G yang harus dibayarnya, namun kedua standar itu (3G WCDMA dan CDMA 200 1xEVDO) pastilah akan sangat mendukung suatu layanan 3G yang bermutu tinggi.

Masalahnya, 3G WCDMA memang didukung oleh para operator GSM yang telah ada sekarang ini, yang memiliki basis pelanggan yang sangat besar, yakni telah menjangkau lebih dari 200 negara dengan lsekitar 1,25 miliar pengguna. Sedang CDMA, yang mengusung CDMA 2000 1xEVDO, memiliki sekitar 202 juta pengguna di seluruh dunia.

WCDMA, yang diperkirakan memiliki kecepatan 2-3Mbps, juga berpotensi untuk mencapai kemampuan transfer data hingga 14,4Mbps jika ditingkatkan ke HSDPA (High Speed Downlink Packet Access). Sedang CDMA tampaknya akan bergerak ke CDMA2000 1xEVDO (2,5Mbps) dan EVDV (3,1Mbps). WCDMA, yang dianggap sebagai evolusi GSM, dimana sebelumnya diantarai oleh layanan GPRS dan EDGE, di Indonesia dianut oleh Telkomsel, Indosat, dan XL. Sedang CDMA 2000, digunakan oleh para penyelenggara jasa layanan telekomunikasi (mobile cellular maupun fixed wireless telephone), yakni Mobile-8, TelkomFlexi, Esia, dan StarOne.

Keberhasilan peneraan 3G, dewasa ini, tampaknya masih mengacu pada keberhasilan operator NTT DoCoMo (FOMA, turunan dari WCDMA) dan KDDI (CDMA2000 1xEVDO) di Jepang. Meski penggelaran infrastruktur operator di kawasan Eropa bisa dikatakan yang paling luas. Namun, jumlah pelanggan 3G Jepang, yang per Juni 2005 telah mencapai lebih dari 31 juta (NTT DoCoMo 12,88 juta, KDDI 18,49 juta), jauh meninggalkan kawasan Eropa yang masih sekitar 6,3 juta.

Di Korea, layanan 3G juga terbilang sangat sukses. Korea Selatan, yang dianggap sebagai negara pertama menerapkan jaringan 3G yang disebut cdma2000 1xRTT (SK Telecom, KT Freetel dan LG Telecom), kini sekitar 30 juta pelanggannya telah menggunakan layanan 3G (termasuk pelanggan 1xRTT). Pertengahan 2002, kecepatan transmisi datanya telah meningkat mencapai rata-rata 500-600 Kbps, utamanya setelah operator menerapkan 1xEV.

Semua keunggulan teknologi, yang terwujud dalam jaringan yang luas dan kualitas layanan, yang dikemas dalam layanan 3G ini masih menyisakan langkah berat para operator untuk menggapai pelanggan. Meski GPRS yang ada saat ini tak bisa dikatakan sama sekali gagal, namun kalau dilihat dari jumlah penggunanya masih relatif sangat sedikit. Sementara EDGE tampaknya masih malu-malu kemunculannya.

Persoalannya, bukan saja harga layanan yang bagi kebanyakan pengguna dinilai cukup mahal, melainkan dukungan konten yang minim mungkin merupakan salah satu faktor kritikal. Bayangkan, ketersediaan akses berkapasitas besar dan ada di mana-mana, namun tanpa konten yang menarik, hal itu tak akan mendorong banyak orang untuk menggunakannya. Jika begitu, layanan 3G juga akan mengalami nasib serupa – tidak sukses.

Ketersediaan konten saja, juga belum mampu menarik para pelanggan, ketika layanannya sendiri tidak dianggap cukup mudah digunakan (user friendly). Kegagalan WAP beberapa tahun yang lalu merupakan bukti bahwa kemudahan akses dan menggunakannya merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan pengguna.

Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan pengguna juga tetap menjadi pertimbangan, meski sebagian pengguna mungkin tak memusingkan soal berapa besar biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi, layanan 3G bukan layanan yang bersifat eksklusif untuk mereka yang berpenghasilan tinggi, melainkan juga akan menjangkau pengguna yang lebih luas, termasuk kalangan anak-anak muda. Masalahnya, sesuaikah nilai yang akan mereka terima dengan nilai pengeluaran mereka menggunakan 3G. Bagaimana kalangan operator mampu meyakinkan mereka, sehingga kemudian mereka akan tertarik menjadi pelanggan 3G.

Mungkin tak ada salahnya kalangan operator 3G nasional juga mau belajar dari keberhasilan NTT DoCoMo dan KDDI dalam membangun layanan 3G mereka, dan juga bagaimana i-mode dari DoCoMo menjadi sangat popular – itu lebih karena kekayaan konten (aplikasi) dan harga yang kompetitif. Bahkan, i-mode diperkirakan tak hanya berhasil di Jepang, tapi akan merambah banyak pengguna di seluruh dunia.

0 people have left comments

Commentors on this Post-