Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

Pusat Pembelajaran TI

  • Posted: Tuesday, May 10, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column

Arus deras perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI), ditambah semakin meluasnya penggunaan Internet sebagai akses ke dunia maya, telah mendorong suatu perubahan yang revolusioner bukan saja dalam cara berkomunikasi, bekerja, menikmati hiburan, melainkan juga berbisnis. Dunia bisnis tak luput dari perubahan itu, bukan saja dalam melakukan kegiatan bisnis, melainkan juga bisnis itu sendiri.

Lebih dari itu, berbagai perubahan terjadi sangat cepat dan semakin luas, yang tentu akan sangat berdampak terhadap bagaimana suatu masyarakat berinteraksi, baik dalam konteks sosial, pendidikan maupun bisnis. Perubahan-perubahan itu, sesungguhnya semakin membuka peluang yang lebih luas bagi setiap anggota masyarakat, tua-muda, di desa maupun di kota, untuk juga turut dalam arus perubahan itu. Perubahan yang akan menentukan masa depan mereka dan kita semua, baik dalam konteks nasional, regional maupun global.

Memang hal itu tak mudah, karena memerlukan upaya dan pemahaman yang cukup mendalam. Bukan saja tuntutannya agar masyarakat mendapatkan akses terhadap informasi, melainkan tatanan kehidupan masyarakat itu, baik sosial, budaya dan bisnis juga memerlukan dukungan agar menjadi lebih baik, lebih transparan dan membuka peluang untuk setiap anggota masyarakat. Dan, TI dapat membantu untuk itu semua dengan tanpa mengabaikan bahwa faktor manusia – perubahan budaya, sikap dan prilaku – merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis.

Karenanya, keterlibatan masyarakat dalam ”proses” pembangunan nasional harus mampu mendorongkan upaya itu, salah satunya melalui akses ke informasi yang didukung TI dan Internet ini. Dewasa ini, keterlibatan masyarakat luas dalam konteks TI ini lebih banyak difasilitasi atau terfasilitasi oleh sejumlah ketersediaan, misalnya di masyarakat kini ada Wartel/Warnet dan beragam pusat-pusat komunitas. Sedang di lembaga pendidikan ada komunitas sekolah/kampus yang didukung fasilitas akses Internet atau pendidikan khusus TI atau komputer dan sistem informasi. Bagi mereka yang bekerja, fasilitas di kantor juga termanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik yang terkait dengan bisnis atau pekerjaan, namun tak jarang juga digunakan untuk kepentingan individu.

Sementara itu, pusat-pusat komunitas yang ada di masyarakat juga cukup beragam. Misalnya saja, Balai Informasi Masyarakat (BIM) yang didukung Mastel (Masyarakat Telematika), Jaringan Informasi Elektronik Masyarakat Indonesia (JIEMI) yang didukung LIN (Lembaga Informasi Nasional), Warintek didukung Kementrian Ristek, Multi Purpose Community Information Center didirikan oleh APW Koitel, termasuk Telecenter, Warnet dan lain sebagainya. Semua itu, pada dasarnya, dapat disebut sebagai Sentra Akses Masyarakat (Community Access Point-CAP), yang tumbuh dan berkembang dengan beragam model. Karenanya, jangan heran kalau fasilitas yang tersedia pun berbeda-beda.

Hal itu pula, yang kemudian mendorong Cahyana Ahmadjayadi, Deputi Bidang Jaringan Informasi dan Komunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), untuk menyusun model-model CAP standar. Hal itu diharapkan akan menjadi acuan bagi model-model CAP yang standar dan representatif di masyarakat. Diharapkan model itu tak sekadar memolakan bentuk fisik dan fasilitas, melainkan juga mestinya menjadi suatu ”model bisnis” dengan dukungan kalkulasi ”revenue stream” yang bisa diperoleh.

Dengan begitu, siapapun yang nantinya akan masuk dalam bisnis pengelolaan bidang itu akan mampu juga menghasilkan revenue yang cukup memadai, bahkan kalau bisa lebih besar, sehingga akan sangat mendukung kelangsungannya di masa datang. Karena, pastilah pemerintah tak mampu membiayai itu semua, sehingga masyarakat diberi dukungan untuk membangunnya, sementara dukungan lain yang lebih strategis mestinya datang dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Sehingga yang sungguh-sungguh diperlukan adalah adanya kepastian aturan main dan dukungan pembiayaan, yang bisa diperoleh melalui kredit lunak (UKM) dari bank, dan dukungan BUMN serta lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pemerintah diharapkan memiliki kesungguhan untuk mendukung perkembangan CAP ini, tak hanya sekadar kebijakan, melainkan langkah-langkah konkrit di masyarakat. Bukan sebagai proyek, melainkan sebagai suatu komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan pembelajaran TI masyarakat.

Karenanya, sangat diperlukan kejelasan arah dan tujuan, serta pijakan dasarnya ke depan. Kini bukan saatnya lagi untuk terus berbicara, melainkan mari kita bangun negeri dan bangsa ini, yang sudah terlalu lelah untuk terus diperbincangkan dan dipecundangi. Semoga!

0 people have left comments

Commentors on this Post-