Mobile & Wireless is an Independent Blog Concerning Various Information, My Thoughts, Ideas, and Sometime Critics on ICT, Internet, Mobile, Wireless, and Data Communication Technology

Belajar Dari Pengalaman

  • Posted: Wednesday, June 22, 2005
  • |
  • Author: pradhana
  • |
  • Filed under: My Column

Bertahan dengan rencana tahunan (annual plan), dewasa ini, memang tidaklah mudah. Perubahan-perubahan, baik dalam skala besar maupun kecil, langsung maupun tidak langsung, berlangsung sedemikian cepat, sehingga seringkali menuntut para manajer untuk tetap tanggap atas berbagai perubahan itu. Karena, sangat boleh jadi, kegiatan usaha yang dijalani akan sangat terkait dengan berbagai perubahan tersebut. Tetapi, apakah karena alasan itu kita harus mengubah rencana tahunan di tengah jalan?

Jack Stack, President dan CEO SRC Holdings Corp., Springfield, AS, pernah mengungkapkan, “Jangan sekali-kali mengubah rencana tahunan Anda di tengah jalan, tak peduli seberapa jauh hal itu menyimpang dari rencana semula yang telah Anda tetapkan”.

Mengapa hal itu sangat penting diperhatikan? Tak lain, karena rencana tahunan dibuat, tentunya dengan belajar dari capaian yang di raih pada tahun-tahun sebelumnya dengan memperhatikan berbagai aspek perubahan maupun capaian yang ingin diraih pada tahun berikutnya. Perubahan-perubahan mungkin saja terjadi di tengah jalan, yang dapat mempengaruhi capaian yang diharapkan berdasarkan rencana tahunan itu.

Apa yang bisa dipelajari dari isu ini? Pertama, tetap bertahan dengan rencana tahunan berarti memberi kesempatan untuk benar-benar menerapkan secara utuh rencana yang telah disiapkan pada tahun sebelumnya. Kedua, karena diterapkan secara utuh dan mengikuti rencana tahunan tersebut, ada peluang untuk mengukur kinerja pencapaian yang sesuai dengan apa yang dijalani. Ketiga, tetap bertahan dengan rencana tahunan tersebut berarti memberi peluang bagi setiap orang di dalam perusahaan untuk fokus pada tujuan dan sekaligus memahami dan menyadari deviasi atau penyimpangan yang terjadi, walaupun mungkin menyakitkan.

Bertahan dengan rencana tahunan, tidak berarti membuat para manajer tidak lagi fleksibel menghadapi situasi dan perubahan-perubahan yang terjadi. Sebaliknya, para manajer harus tetap dekat dengan pasar dan secara terus-menerus melakukan revisi terhadap prediksinya (forecast) sehingga lebih mendekati kenyataan yang ada.

Perbaikan dan peningkatan, baik secara kualititif maupun kuantitatif hampir tak dapat dilakukan dengan baik, terutama ketika rencana tahunan yang semula diterapkan tiba-tiba ditubah dan diganti dengan rencana yang baru. Mengubah rencana, sama aja dengan menghilangkan “jejak” yang telah dilakukan dan memulai sesuatunya dari awal lagi yang sesuai dengan rencana yang baru. Sehingga, penyimpangan yang terjadi, tak lagi dapat dievaluasi kinerjanya, karena belum sempat diterapkan secara utuh.

Mengubah rencana di tengah jalan, membuat kesalahan-kesalahan yang terjadi lenyap dan para manajer tak dapat belajar dari kesalahan atau kesilapan yang terjadi tidak lagi dapat dijadikan “pelajaran” agar tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang. Menurut Jack Stack, “Para manajer merasa mengetahui apa yang menjadi sebab terjadinya penyimpangan, tetapi sebenarnya mereka tidak menganalisanya. Mereka tidak fokus pada hal itu dan, karenanya, mereka tidak memperbaikinya”.

Dari pelajaran kecil di lingkungan perusahaan dengan sekian puluh atau ratus karyawan ini, peningkatan (improvement) yang dilakukan secara terus-menerus; melihat ke belakang terhadap apa yang telah dilakukan, penyimpangan apa yang telah terjadi, pelajaran apa yang dapat diambil, sebenarnya bisa ditarik secara luas menjadi masalah yang tengah kita hadapi sekarang ini dengan Indonesia.

Boleh dibilang, kita sangat sulit memahami “kemauan belajar dari masa lalu atau kesalahan yang dilakukan” dari warga negeri ini. Kita seolah sangat cepat melupakan kesalahan atau penyimpangan yang terjadi. Dan, pada saat yang sama, kita terburu-buru untuk melihat sesuatu yang jauh di depan, tanpa lagi peduli apa yang telah kita capai, apa yang telah kita siapkan untuk itu, apakah yang kita lakukan sudah benar atau tepat, atau justru melahirkan “set-back”. Itu hampir tak lagi kita pertanyakan.

Belajar runtut dari pengalaman yang lalu, mau mengakui kesalahan untuk kemudian tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari, menyiapkan langkah-langkah yang semakin hari semakin meningkat, seringkali luput dari pikiran kita, karena kita semakin sibuk dengan segala “yang instan”. Termasuk mengubah rencana “ di tengah jalan” itu. Mau belajar dari kesalahan, memang butuh waktu untuk kita sadari sepenuhnya!

0 people have left comments

Commentors on this Post-